Sabtu, 03 Desember 2011

Escherichia coli

Bakteri E. coli merupakan bakteri yang saya gunakan sebagai bahan penelitian anti bakteri. Penelitian yang saya lakukan untuk mendapatkan gelar sarjana terbilang singkat karena hanya berlangsung selama 6 bulan. Meskipun penelitian ini terbilang singkat akan tetapi banyak sekali kendala teknis dan non teknis yang saya alami.
Bakteri E. coli adalah salah satu jenis bakteri yang sering dibahas. Bakteri ini  banyak diketahui masyarakat sebagai penyebab infeksi saluran pencernaan. Menurut Lim (1998)  E.coli merupakan flora normal yang terdapat di saluran pencernaan dan sering ditemukan di tanah dan di air.
          Bakteri ini ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun 1885 dan diberi nama E. coli (Masduki, 1996). Morfologi bakteri ini berbentuk batang pendek (kokobasil). E.coli juga termasuk dalam bakteri Gram negatif. Bakteri ini memiliki ukuran 0,4-0,7µm x 1,4µm  dan beberapa strain mempunyai kapsul (Karsinah et al., 1993)  E. coli dapat bersifat motil maupum non motil dan fakultatif anaerob yang mempunyai tipe metabolisme respirasi maupun fermetasi. E. coli tumbuh optimal pada suhu 37oMedia spesifik E. coli adalah MacCounkey. Pada media MacCounkey koloni berwarna merah jambu karena ada fermentasi laktosa (Masduki, 1996).
             Bakteri E. coli berada di dalam usus manusia yang berfungsi untuk membusukkan sisa makanan. Walaupun bakteri ini sangat penting dalam hal pembusukkan makanan, namun peranannya tersebut kurang diketahui oleh orang banyak. Dari sekian banyak  strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil yang bersifat patogen, misalnya strain O157:H7 (Masduki, 1996). Menurut Lim, 1998 E. coli merupakan bakteri yang paling sering dipelajari dalam dunia sains, hal ini dikarenakan bakteri ini mudah untuk dikembangbiakkan. Berikut adalah salah satu gambar yang saya dapatkan selama penelitian dengan menggunakan pewarnaan Gram.

Gambar 1. Bakteri E. coli Perbesaran 100x dengan menggunakan mikroskop binokuler (Olympus)

Bakteri E. coli merupakan jenis bakteri yang yang sering digunakan dalam bidang bioteknologi. Hampir semua rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan E. coli karena genetika bakteri ini tergolong sederhana dan mudah untuk direkayasa. Riset yang dilakukan sering menjadikan E. coli sebagai model untuk aplikasi ke bakteri jenis lainnya. E. coli juga merupakan bakteri yang sering digunakan pada media cloning (Masduki, 1996) sehingga bakteri ini dijadikan sebagai bakteri yang paling banyak dipakai di bidang biologi molekuler (Lim, 1998).
Banyak industri kimia yang mengaplikasikan teknologi fermentasi dengan  memanfaatkan E. coli misalnya dalam produksi obat-obatan (insulin, antiobiotik), high value chemicals (1-3 propanediol, laktat). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia bisa dihasilkan oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa sehingga menghasilkan jenis produk tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Jika mengingat besarnya peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak bisa dipungkiri bahwa bakteri  E. coli memilki manfaat yang sangat besar (Karsinah et al., 1993).

Referensi : Private data

Minggu, 21 Juni 2009

Abrasi di Pantai Tabanio Kecamatan Tangkisung Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Oleh :Oktantia Rukmana(J1C106202)
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
 
Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
          Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah karena tidak terdapat perbedaan musim yang jelas. Hujan turun merata sepanjang tahun denga bulan-bulan relative basah antara Bulan Desember – Februari dan bulan-bulan relative kering antara bulan Juni – Agustus. Berdasarkan hasil penelitian antara 1915 – 1941, curah hujan bagian Timur/pantai sebesar 2,324 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun dan di bagian Barat sampai dengan perbatasan kabupaten. Curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm/tahun dan di wilayah Timur berkisar antara 2.000 – 2.500 mm.tahun.Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan dan perhitungan evapotranspilasi bulanan, maka Kabupaten Tanah laut setiap bulannya tidak mengalami kekurangan air. Tanaman tahunan tidak memerlukan adanya air irigasi pada bulan-bulan yang water balance-nya kurang dari 100 mm akan mengalami kekurangan air.Daerah pantai adalah tempat bertemunya antara daratan dan laut, yang mempunyai relief curam atau datar sepanjang garis pantai. Pantai merupakan daerah yang aktif oleh aktifitas gelombang sehingga mengakibatkan erosi atau deposisi.
Gambar 1. Kawasan Pesisir Pantai
     Desa Tabanio kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia mempunyai titik koordinat 3° 45' 0" South, 114° 37' 0" East. Jika dari kota Banjarbaru menuju daerah ini membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke tempat tujuan. Tabanio Merupakan suatu wilayah pesisir pantai yang ditempati penduduk yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan, dikatakan demikian karena sepanjang jalan menuju pantai tersebut sangat banyak ditemukan persawahan pasang surut dan di sepanjang pantainya banyak ditemukan kapal-kapal nelayan penduduk asli kota Tabanio untuk menghidupi keluarganya. Tiga hari masuk ke bulan kalam, yaitu sekitar hari ke 17 pada hitungan bulan Arab. Kaum laki-laki mulai meninggalkan Tabanio. Warga mencari ikan hingga keperairan lepas nusantara. Akhirnya desa pun kembali sepi. Sekilas Tabanio hanyalah sekadar desa yang dihuni nelayan tradisional.
     Akhir- akhir ini kawasan pesisir pantai di Desa Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut mengalami pengikisan (abrasi) yang makin serius dan perlu penanganan secepatnya agar tidak meluas. Abrasinya sudah mencapai 50 meter. Untuk mengantisipasi terus meluas, diperlukan pemasangan bronjong dan batu seperti di Pantai Takisung dan Desa Asam-Asam.



Gambar 2. Kawasan Pesisir Pantai Tabanio Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut


        Abrasi di sejumlah bibir pantai di kawasan tabanio ini semakin mengkhawatirkan karena sudah mengikis sejumlah lahan yang ada disekitarnya. Ombak ketika gelombang pasang dan angin kencang terjadi telah menggerus bibir pantai hingga mengancam keadaan rumah penduduk yang ada disana. Abrasi ini telah berlangsung cukup lama, namun hingga kini tidak ada perlakuan yang dilakukkan untuk mengurangi abrasi tersebut. Sejumlah warga mengetahui hal ini sejak lama, akan tetapi karena kamampuan mereka yang tidak seberapa makanya pantai tersebut dibirakan begitu saja terkena abrasi. Kejadian terparah terjadi pada tanggal 15 desember 2008, pada saat itu iar laut sedang pasang sehingga terjadi banjir yang cukup besar dan merugikakn warga sekitar karena para nelayan tidak bisa melaut dan aktivitas sehari-hari pun tidak berjalan seperti biasanya. Abrasi telah menimbulkan kerugian besar bagi warga karena info yang didapat tanah dalam radius 5 depa/tahun telah terabrasi. Akibat dari abrasi tersebut. Pantai ini menjadi kurang terurus dan mengakibatkan banyaknya sampah tersebar dipesisir pantai tersebut contohnya saja ranting-ranting pohon, sampah yang terbawa oleh ombak, dan kotoran sapi.

Gambar 3. Pencemaran Lingkungan yang Terdapat di Pesisir Pantai Tabanio

       Kawasan pesisir telah menjadi habitat yang sangat penting dalam menunjang kehidupan berbagai organisme. Oleh sebab itu upaya pengelolaan pesisir ini perlu direncanakan dengan seksama. Untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di kawasan pesisir digunakan metode plot berpetak tunggal, yaitu dengan cara membentangkan tali sepanjang 4x4 m di pesisir pantai yang terdapat vegetasi tumbuhan kemudian dianalisis jenis dan jumlah vegetasi yang ada serta hewan jika ada. Vegetasi yang terlihat disekitar pantai didominasi oleh tanaman kirinyu, selain itu tanaman yang tumbuh di kawasan pantai ini adalah seperti tumbuhan tapak liman (Euphorbia hirta), jamur, orok-orok, terong, kembang kentut dan lain sebagainya.

Gambar 4. Vegetasi yang Ada di Kawasan Pesisir Pantai Tabanio Kabupaten Tanah Laut

     Banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keadaan di pesisir pantai Tabanio, terutama parameter lingkungan sekitar. Parameter-parameter tersebut dapat diukur di daerah kering serta di daerah basah. Untuk parameter di daerah kering diperoleh data yaitu untuk kelembapan tanahnya sebesar 59%; pH tanah 6,1 dengan menggunakan alat soil tester dan suhu udara sebesar 27­­0C dengan menggunkaan termometer. Sedangkan untuk parameter di daerah basah diperoleh data kekeruhan 12,5 cm; pH air 8; pH tanah 5,2; suhu air 290C; suhu udara 250C, dan kelembapan tanah sebesar 100%.
Fakta yang ditemukan di lapangan membuktikan bahwa kawasan pesisir telah menjadi habitat yang sangat penting dalam menunjang kehidupan organisme. Oleh sebab itu upaya pengelolaan pesisir ini perlu direncanakan dengan seksama.



Referensi:
Anonim. 2009. Abrasi Pantai Tabanio Meluas
diakses pada tanggal 16 juni 2009

Anonim. 2009. Kabupaten Tanah Laut
diakses pada tanggal 16 juni 2009

Hidayat, F. 2006. Sisa Kejayaan Bandar Tabanio
diakses pada tanggal 16 juni 2009

Lahan Gambut dan Desa Damit yang Berpotensi sebagai Daerah Tangkapan Air di Kalimantan Selatan

Oleh :
Oktantia Rukmana(J1C106202)
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

        Bayangkan andai di dunia ini tidak ada air, tentu tidak akan ada nada kehidupan seperti saat ini dan tentu wajah bumi pun hanya indah dipandang dari jauh seperti halnya kita melihat bulan atau planet mars. Tanpa air memang tidak akan ada nada kehidupan karena air sama seperti halnya udara sangat dibutuhkan baik untuk kehidupan sehari-hari, rumah tangga, pertanian, transportasi, industry maupun rekreasi.
      Pengembangan sumberdaya air adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsi sumberdaya air tanpa merusak keseimbangan lingkungan. Pengusahaan sumberdaya air adalah upaya pemanfaatan sumberdaya air untuk tujuan komersial. Peruntukan air dan daya air adalah penentuan prioritas alokasi air dan daya air untuk masing-masing keperluan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai. Hak guna sumberdaya air adalah hak untuk memperoleh dan menggunakan sumberdaya air untuk keperluan tertentu.
Gambar 1. Daerah Aliran Sungai

        Daerah Aliran Sungai (DAS) atau yang disebut dengan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama yang bermuara ke danau atau laut. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan atau satu atau lebih pulau-pulau kecil, termasuk cekungan air tanah yang berada di bawahnya.
        Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas hidrogeologi dimana semua kejadian hidrogeologi seperti proses pengimbuhan, pengaliran, pelepasan air tanah berlangsung. Pengembangan sumberdaya air adalah upaya peningkatan kemanfaatan fungsisumberdaya air tanpa merusak keseimbangan lingkungan. Pengusahaan sumberdaya air adalah upaya pemanfaatan sumberdaya air untuk tujuan komersial. Peruntukan air dan daya air adalah penentuan prioritas alokasi air dan daya air untuk masing-masing keperluan dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai. Hak guna sumberdaya air adalah hak untuk memperoleh dan menggunakan sumberdaya air untuk keperluan tertentu.
        Daerah tangkapan air yang ada di daerah Kalimantan Selatan berada di Kabupaten Tanah Laut yaitu di desa Damit. Damit adalah sebuah desa yang terletak disalah satu sudut rangkaian pengunungan Meratus, wilayah terletak di dataran tinggi yang hampir diseluruh nya tertutup padang ilalang dan hutan-hutan kecil. Daerah ini merupakan salah satu lahan basah yang termasuk dalam katagori kawasan danau(Lakustrin).
Gambar 2. Kawasan Tangkapan Air yang Terdapat di Desa Damit

        Pada awalnya daerah ini merupakan daerah aliran sungai yang mengairi beberapa lahan persawahan dan ladang yang ada di desa Damit. Akan tetapi, kerena daerah ini merupakan daerah pegunungan sehingga lahan sawah dan ladang yang tempatnya lebih tinggi dari aliran sungai tersebut tidak dapat teraliri sehingga pada saat musim kemarau daerah ini tidak dapat digunakan lahan pertanian, karena tanahnya begitu gersang. Untuk menanggulangi masalah itu dibangunlah daerah tangkapan air yang digunkan untuk mengaliri lahan sawah dan ladang yang ada di desa Damit.
        Damit merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting yang terletak di kawasan selatan pulau kalimantan. Kawasan ini merupakan contoh dimana hutan telah rusak dan intervensi manusia harus dilakukan untuk mendapatkan air sehingga dibuatlah sebuah bendungan. Di bendungan inilah beberapa anak sungai kecil dan air hujan ditampung untuk keperluan pertanian dan perikanan. Dari bendungan ini air akan dialirkan kedataran yang lebih tinggi melalui jaringan irigasi yang telah dibuat oleh pemerintah setempat. Akan tetapi pada saat kami melakukan survei lapangan yakni pada saat musim kemarau maka proses penyaluran air dari jaringan irigasi ke lahan persawahan maupun ladang-ladang yang ada yang ada disana tidak begitu terlihat, hal ini dikarenakan debir air yang mengalir sangat kecil sehingga tidak dapat mencapai pipa-pipa saluran yang menuju ke sawan dan ladang.
Gambar 3. Jaringan Irigasi di Kawasan Tangkapan Air Damit

         Namun demikian flora dan fauna dikawasan ini nenunjukkan potensi habitat bagi organisme yang tinggal di sana. Selain itu kawasan tangkapan air ini juga menjadi wahana bagi kehidupan manusia. Masyarakat hidup dari bertani, membudidayakan ikan-ikan, berkebun, dan lain-lain aktivitasnya. Dikawasan ini flora yang di kembangkan seperti tanaman kacang tanah, jagung, kasang panjang, ubi jalar, pisang, padi dan lain sebagainya.Sehingga mereka dapat berperan dalam kegiantan ekonomi, hukum, pemerintahan dan kemasyarakatan lainnya.

Gambar 4. Flora yang Dikembangkan di Kawasan Tangkapan Air Damit

      Selain di desa Damit, lahan gambut juga berpotensi sebagai daerah tangkapan air
. Gambut adalah tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 30 %, sedangkan lahan gambut adalah lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang ketebalan gambutnya kurang daripada 50 cm disebut lahan bergambut. Gambut terbentuk dari hasil dekomposisi bahan2 organik seperti dedaunan, ranting serta semak belukar yang berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan anaerob. Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.
       Pada saat survei lahan gambut yang berada di Jl. A.Yani km 17, terlihat bahwa keadaan lahan gambut di daerah ini sangat memprihatinkan, karena di lahan gambut yang ada di Kalimantan Selatan ini sudah tereksploitasi oleh manusia. Selain itu lahan gambut di sini sudah banyak terjadi pengerukkan sehingga lahannya pun sudah berkurang. Dari survei tersebut juga ditemukan bahwa airnya berbau, sangat kotor, dan warnanya yang sudah berubah.
Vegetasi dilahan ini beragam, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa tanaman yaitu karamunting, teratai, galam, paku-pakuan, purun tikus, rumput-rumputan dan lotos. Tanaman yang paling mendominasi pada lahan ini adalah tanaman galam, hal ini dikarenakan tanaman gambut merupakan salah satu tanaman yang tahan dengan keadaan pH yang rendah. Sedangkan hewan yang terdapat di lahan ini antara lain seperti serangga air, ikan-ikan kecil, kodok, dan jenis insecta lainnya.
Gambar 5. Keadaan Lahan Gambut di Kalimantan Selatan
     Fakta yang ditemukan di lapangan membuktikan bahwa kawasan tangkapan air ini telah menjadi habitat yang sangat penting dalam menunjang kehidupan berbagai organisme. Oleh sebab itu upaya pengelolaan kawasan ini perlu direncanakan dengan seksama.

Referensi:
Nitibaskara, T.U. 2008. Perlindungan dan Penghematan Air Baku di Kawasan Konservasi dan Daerah Tangkapan Air
diakses pada tanggal 16 Juni 2009

Xibit, Z. 2007. Sumber Daya Air
diakses pada tanggal 16 Juni 2009

Jumat, 17 April 2009

Tugas Perbaikan Mata kuliah Ekologi Hewan

Oleh:
Oktantia Rukmana (J1C106202)
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Dosen : Drs. Krisdianto. M.Sc
  1. Jika hewan betina menjadi penentu territory, sebutkan dan jelaskan mekanisme yang dilakukan untuk mempertahankan territoty tersebut !
Jawab:
Hewan betina sebagai hewan penentu territory berarti hewan tersebut harus dapat melindung daerah tersebut. Walaupun hewan ini merupakan hewan betina, dia tetap harus mampu mempertahankan territory ini meskipun harus melalui berbagai kompetisi demi melindungi dirinya sendiri dan anak-anaknya. untuk itu hewan betina ini harus melakukan segala hal yang dilakukkan oleh hewan jantan, kerena dia harus mempertahankan agar daerah teritorinya tidak direbut oleh hewan lain yang dapat menggangu ketentraman dia dan anak-anaknya. Misalnya saja seekor ayam betina yang baru menetaskan telurnya, hewan ini akan menyerang organisme yang akan menggangu ketenangan dia dan anak-anaknya.

  1. Jika hewan jantan menjadi penentu territory, maka dia akan mempertahankan berdasarkan kualitas territorinya. Semakin baik kualitas territory semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan/dibayarkan. Jelaskan maksud pernyataan di atas !
Jawab:
Maksud kalimat tersebut adalah ketika hewan jantan tersebut akan mempertahankan daerah teritorynya maka dia harus berkompetisi dengan hewan lain demi mempertahankan daerahnya. Walaupun hewan jantan ini biasanya menjadi sebagai pemimpin suatu territory jadi dia sudah terbiasa dengan berbagai kompetisi yang terjadi sehingga baginya kompetisi adalah hal yang biasa, tapi ada juga hewan jantan yang tidak dapat memimpin, sehingga dia tidak dapat mempertahankannya dan tempatnya akan direbut oleh pejantan lain. Maka dari itu hewan jantan ini akan mengeluarkan semua kemampuannya untuk melawan pejantan lain agar dapat mempertahankan daerah teritorynya sehingga semakin baik kualitas territory semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan/dibayarkan. Misalnya saja seekor singa yang menjaga daerah teritorinya dengan bertarung sampai mati dengan spesies lain demi mempertahankannya.

  1. Dalam menggunakan kemampuan mengubah warna (biocoloration) apa perbedaan antara karakter interspesifik dan intraspesifik dan bagaimana proses ini dapat berlangsung !
Jawab:
Warna (biocoloration) pada hewan digunakan untuk menghindari predation baik secara visual ataupun komunikasi. Adapun beberapa biocoloration tersebut antara lain :
  1. Cryptic coloration (similar to background) atau Cryptic pewarnaan (mirip dengan latar belakang)
  2. Disruptive coloration (gangguan pewarnaan)
  3. Flash pewarnaan (Flash coloration), contohnya: Kunang-Kunang untuk menarik lawan jenisnya.
  4. Counter-pewarnaan (Counter-coloration)
  5. Struktural peniruan (Structural mimicry) yaitu mencoba mengubah struktur tubuhnya.
  6. Warning (aposematic) coloration {Batesian & Mullerian Mimics) atau Peringatan (aposematic) (pewarnaan Batesian & Mullerian meniru)
Perbedaan antara karakter interspesifik dan intraspesifik yakni:
Karakter interspesifik adalah karakter yang terjadi antara beberapa spesies. Karakter ini dikeluarkan pada saat keadaan yang terdesak, yakni pada saat hewan tersebut diserang oleh musuh. Pada saat ini hewan tersebut mengeluarkan karakter interspesifik berupa perubahan warna yang mencolok sehingga musuh tidak mengenali hewan tersebut dan hewan tersebut dapat menyelamatkan diri dari bahaya itu. Contohnya seekor gurita yang diserang musuh, hewan ini akan mengubah warna tubuhnya menjadi merah dan mengakibatkan musuhnya menjadi tidak menyerangnya. Begitu pula dengan bunglon, hewan ini akan mengubah warna kulitnya sesuai dengan keaadaan lingkungan yang hewan ini tempati sehingga para musuh tidak mengenalinya dan terbebas dari bahaya.
Sedangkan untuk karakter intraspesifik terjadi antar 1spesies. Karakter ini dilakukan pada saat hewan akan mengalami masa puber, yakni pada saat musim kawin. Hewan ini akan mengubah warnanya menjdi sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian pasangannya. Misalnya saja burung merak jantan yang memperindah warna bulunya untuk menarik perhatian sang betina untuk melakukan perkawinan.

  1. Apa perbedaan antara Mulerian dan Batesian coloration, berikan contoh siapa yang menggunakan dan untuk tujuan apa kedua fenomena ini terjadi. Apa manfaat kedua proses tersebut bagi hewan!
Jawab :
Batesian dan mullerian adalah contoh dari mimikri. Mimikri merupakan perilaku melindungi diri, dan salah satu bentuk perilaku atau rupa yang pertama kali tumbuh pada sejumlah hewan, khususnya serangga, di mana spesies tersebut menyerupai spesies lain dalam hal perilaku maupun rupa. Biasanya mimikri menyerupai suatu spesies sebagai salah satu cara menghindari bahaya, misalnya bila berhadapan dengan predator. Salah satu contohnya adalah lalat bunga, yang banyak dari spesiesnya menyerupai tawon. Istilah ini jangan dikelirukan dengan kamuflase, di mana seseorang bertindak terhadap bahaya dari spesies hewan lain yang mencari mangsa di lingkungan sekitarnya. Mimikri juga ada pada ikan yang hidup di sungai.
  • Mimikri Mullerian : merupakan mimikri yang dilakukan oleh serangga, tapi baik serangga yang menyerupai (mimik) ataupun yang ditiru (model) sama-sama tidak layak dimakan (unpalatable), seperti lebah berwarna hitam dan kuning (pada ular juga). Seperti halnya pada kodok Amerika dan Mandagaskar yang memiliki warna mencolok dan terang sehingga dapat menarik perhatian hewan lain dan menghilangkan keadaan yang sebenarnya dimana hewan ini beracun.
Gambar 1. Kupu-kupu yang memiliki mullerian mimikri.

Gambar 2. Kodok yang memiliki warna indah akan tertapi memiliki racun
  • Mimikri Batesian : merupakan mimikri organisme yang menyerupai organsime yang berbahaya, dan serangga yang menyerupai layak dimakan. Contohnya lalat menyerupai lebah penyengat
Gambar 3. Beberapa spesies termasuk beberapa hoverflies, mimic pedas pada tawon


Gambar 4. Macroxiphus sp tonggeret meniru seekor semut

Selasa, 24 Maret 2009

Lahan basah di Desa Tungkaran, Martapura Kab. Banjar, Kalimantan Selatan

Oleh:
Oktantia Rukmana (J1C106202)
FMIPA Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan

   Lahan basah merupakan habitat utama di Kalimantan yang luasnya meliputi lebih dari 10 juta ha, kira –kira 20 % massa daratan Kalimantan . Habitat lahan basah di Kalimantan terutama berupa air tawar dan rawa gambut serta lahan bakau di pesisir sungai. Khususnya pada daerah Kalimantan selatan yang memiliki areal seluas 3,7 juta ha dengan karakteristik lingkungan yang spesifik, dimana terdiri atas tipe lahan basah dan lahan kering. Kedua tipe lahan itu seolah-olah menempati ruang dan wilayah tersendiri. Lahan kering dengan bentangan Pegunungan Meratus dari bagian utara ke selatan dan medan yang berombak di wilayah timur serta lahan basah di wilayah barat. Kedua tipe utama lahan itu memberikan keunikan ekologis baik dari segi fisik-kimia dan biologis maupun sosial dan kependudukannya.
    Bagi sebagian kalangan, barangkali “lahan basah” merupakan istilah yang masih relatif baru. Walaupun sebenarnya mereka sudah mengenal ekosistem ini dengan sangat karibnya. Lahan basah merupakan terjemahan langsung dari kata “wetlands”. Pengertian lahan basah itu sendiri menurut beberapa ahli diantaranya berdasarkan konversi Ramsar, mendefinisikan lahan basah sebagai daerah-daerah seperti rawa, payau, lahan gambut atau perairan, baik alami maupun buatan, permanen atau sementara, dengan air yang mengalir atau tetap, baik air tawar, payau atau asin, meliputi pula daerah perairan laut dengan kedalaman pada saat air surut terendah tidak melebihi 6 meter.
     Adapun yang termasuk lahan basah yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah kawasan rawa. Dimana rawa merupakan salah satu tipe lahan basah yang memiliki fungsi dan keunikan yang khas. Secara fisik, rawa merupakan suatu daerah yang tergenang oleh air baik secara permanen atau secara musiman dan ditumbuhi oleh suatu vegetasi, dimana banyak dijumpai di pesisir pantai yang dipengaruhi pasang surut atau di daerah pedalaman yang jauh dari pantai dan air yang menggenanginya dapat bersifat asin, payau, atau tawar dan biasanya mempunyai kedalaman tidak lebih dari 2 meter. Sedangkan, Gopal et al, (1982) mengartikan rawa atas dua kepentingan yang bertolak belakang, dimana pengertian pertama yang dikemukakan oleh “ecologist” ditekankan kepada kepentingan ekosistem, sehingga memiliki konotasi positif. Sedangkan pengertian kedua ditekankan kepada kepentingan manusia, yaitu bahwa rawa merupakan lahan yang tebengkalai yang hanya bermanfaat dengan upaya drainase. Dari pengertian kedua ini, istilah rawa dapat berubah dari wetlands menjadi wastelands untuk menunjukkan betapa rawa merupakan lahan yang paling murah dan dengan sedikit masalah.
     Fungsi foundamental dari lahan basah ini sendiri antara lain sebagai sumber produk-produk alami didalam lahan antara lain tanah gambut, kayu-kayuan (seperti nipah, nibung, rahim, rengas), buah-buahan(salk liar, durian, manggis hutan), dan lain-lain, memenuhi kebutuhan akan air, pengendali banjir, pencegah pencampuran (intrusi) air asin, perlindungan terhadap alam, penghilangn dan penambatan sedimen, penghilangn dan/atau penambatan nutrisi, penghilangn dan/atau penambat racun, sebagai produksi energi
      Dari sekian banyak lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan, salah satunya berada di desa Tungkaran daerah kota Martapura, Kab.Banjar. Desa tungkaran adalah desa terpencil yang berada di kota Martapura kab. Banjar, Kalimantan Selatan. Untuk menuju kedesa ini memakan waktu sekitar 15 menit dari kota Martapura. Desa ini secara geografis terletak pada titik koordinat 3o 37’ 22.8” S 114o 42’ 09.2” E. Walaupun desa ini merupakakan desa yang terpencil, akan tetepi desa ini banyak penghuninya dan fasilitas yang tersedia pun sudah lumayan mencukupi seperti Sekolah Dasar dan mesjid.

Gambar 1.1 Fasilitas Desa Tungkaran

     Jika terjadi hujan deras air sungai di desa tungkaran akan meluap dan menyebabkan terjadinya banjir, hal ini dikarenakan pada awalnya desa ini adalah sebuah lahan basah yang telah dijadikan tempat hunian. Jadi tempat ini merupakan lahan hunian buatan yang pada awalnya merupakan lahan basah yang tidak terjamah oleh manusia. oleh karena itu jalan penghubung antara kota Martapura dan desa ini banyak mengalami kerusakan dan selalu basah. Selain itu jembatan penghubung jalan juga tidak ada pengamannya. Lahan basah di tempat ini ditumbuhi oleh flora ber jenis kangkung, eceng gondok, purun tikus, rumbia, galam, dan teratai. Lahan ini di huni oleh beberapa fauna antara lain ular, ikan sepat, kodok dan katak. Lahan ini tempatnya sangat luas dan terhubung dengan sungai-sungai kecil yang berada di kota Martapura.

Gambar 1.2 Habitat Lahan Basah

     Dari survei yang dilakukan pada tanggal 9 maret, lahan ini baru saja diguyur hujan. Air sungainya hampir mencapai jalanan, jalan yang kami lewati pun cukup terganggu,karena jalannya becek dan licin. Tanaman yang tumbuh disana juga sangat subur sedangkan untuk hewan yang ada disana tidak muncul kepermukaan selain ikan sepat. Menurut penglihatan saya, lahan disana sudah tercemar oleh limbah rumah tangga, sehingga habitat flora dan faunanya terganggu. Warna airnya pun sudah menjadi kehitam-hitaman.

Gambar 1.3 Jembatan dan Jalan Rusak

Gambar 1.4 Pencemaran

Gambar 1.5 Air

Gambar 1.6 Kerusakan Habitat

      Tanaman dilahan ini sudah banyak dieksploitasi manusia baik secara legal dan ilegal karena lahan ini merupakan tempat keseharian warga disana, seperti halnya eceng gondok, tanaman ini sangat bernilai ekonomis yang dapat dijadikan kerajinan tangan, akan tetapi ada juga yang mengambil tanaman ini tapi tidak digunakan yakni hanya mencabutnya dari habitatnya dan dibiarkan begitu saja. Lain halnya dengan tanaman kangkung, tanaman ini diambil masyarakat sekitar untuk dijual kepasar dijadikan bahan sayuran. Sedangkan untuk pohon rumbia, tanaman ini multiguna yakni batangnya digunakan sebagai pakan ternak dan daunnya dijadikan sebagai atap rumah.

Gambar 1.7 Eksploitas Tanaman Eceng Gondok